Meraih Kebahagiaan Tanpa Batas

Penulis : Ummu Ihsan & Abu Ihsan 
Penerbit : Pustaka Imam Asy-Syaf'i
Tahun : 2016

Segala puji bagi Allah yang berfirman : "Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan menegakkan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran"

Menurut kamus besar bahasa Indonesia definisi kebahagiaan adalah keadaan atau perasaan senang dan tentram, bebas dari segala yang menyusahkan. Berdasarkan definisi tersebut, menjadi pertanyaan apakah ada orang yang selalu bahagia tanpa memiliki masalah ataupun kesusahan? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Bila kita menjadikan materi sebagai tolak ukur kebahagiaan, maka kebahagiaan itu bersifat sementara, karena kebahagiaan itu mudah hilang jika diukur dengan materi atau harta. 
Namun apabila kita mengukur kebahagiaan tidak dengan materi. Akan tetapi, diukur melalui keimanan serta keyakinan kita sehingga orang tetap bahagia, sekalipun permasalahan hidup terus mendera dirinya. Dan kebahagiaan ini ada di dalam Islam.

Kunci meraih kebahagiaan yaitu iman dan amal shalih.
"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yanh baik dan akan kami berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (QS. An-Nahl (16:97)).

Dalam realita kehidupan, terkadang kita mengalami kondisi baik maupun buruk. Permasalahan kehidupan yang sering sekali menjadi ujian bagi kita. Ujian tersebut bagi sebagian orang membuat beban bahkan stress menghadapinya. Dalam suatu kondisi, kita tidak bisa memaksakan pandangan orang untuk suka dengan pribadi kita, dan kita juga tidak bisa mencegak adanya pandangan buruk tentang kita. Sudut pandang setiap orang berbeda-beda, ada yang suka maupun tidak. 

Bagi orang yang beriman dan beramal shalih, kala nikmat dan kesenangan datang, menerima dengan penuh rasa syukur dan berkah bahwa nikmat tersebut datangnya dari Allah. Menghadirkan dalam hati sifat qana'ah (merasa cukup) atas rezeki Allah, yakni menyadari semua itu sebagai bagian dari keutamaan dan karunia-Nya yang melimpah.
Sebaliknya, dalam menghadapi masalah berupa keburukan dan kesulitan dengan segenap kemampuan nya. Setiap masalah merupakan ujian yang dapat berbuah pengalaman dan kekuatan untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan.

"Maka bersabarlah, sungguh, kesudahan (yang baik) adalah bagi orang yang bertakwa" (QS. Hud (11:49)).

Banyak kasus mengeluhkan kegamangan, kegelisahan, kesedihan, putus asa karena merasa dirinya pengangguran. Tidak tahu apa yang mesti di perbuat. Orang yang seperti ini berada di dalam lembah kesengsaraan. Sungguh, kondisi pikiran yang paling berbahaya adalah pada saat orang menganggur atau kosong dari aktivitas.

Rasulullah bersabda : "Ada dua nikmat yang sering sekali memperdaya banyak manusia : kesehatan dan waktu luang"

Kesehatan dan waktu luang adalah nikmat. Jika dimanfaatkan dengan mengisi kegiatan kebaikan. Namum jika tidak dimanfaatkan, ia berubah menjadi sebilah pedang tajam yang siap menebas lehernya sendiri. Maka isilah waktumu dengan kegiatan yang bermanfaat.

Terkadang juga, peristiwa masa lalu sering menjadi bayang-bayang pemikiran kita. Merasa bodoh dengan kesalahan yang pernah di berbuat. Menyibukan diri dengan memikirkan hal tersebut termasuk perbuatan orang bodoh, yang sia-sia sifatnya. Waktu dan umur kita amat singkat. Tidak selayaknya kita membatasi kehidupan dengan perasaan sedih yang berkepanjangan. Maka lupakanlah kesedihan masa lalu, jadikan hal tersebut pembelajaran dan berprogres lah ke depan.

Manusia bagaikan musafir yang hanya singgah sementara di bumi ini untuk melanjutkan perjalanan kembali. Adapun sabda Rasulullah :
"Jadikan kamu di dunia ini bagaikan seorang asing atau seorang yang sedang melintas"
Kehidupan di dunia ini hanyalah sementara dan sifatnya fana, hanya kesenangan yang memperdaya. Imam Syafi'i berkata : 
"Siapa saja yang tujuannya hanyalah apa yang dapat masik ke perutnya, maka nilainya tidak lebih dari apa yang keluar dari perutnya"

Ketahuilah, manusia yang tamak terhadap dunia itu ibarat orang yang meminum air laut. Semakin banyak dia meneguknya, maka semakin dia kehausan. Para pengejar dunia tidak akan merasakan kepuasan batin, selamanya. Hatinya gersang dan akan terus merasa kekurangan.
Oleh karena itu, apabila ingin meraih kebahagiaan, jangan letakan dunia di dadamu!

Comments