Oleh :
Cynthia Dikna Sari
(Sekertaris Umum KOHATI HMI Cabang Bandar Lampung)
"Perempuan sebagai pusat kecintaan, sudah saatnya perempuan menghargai urusan dirinya. Al-Qur'an menyebut perempuan di sebelah laki-laki.
Allah sangat menghargai keberadaan perempuan, yang mempunyai kesempurnaan yang sama dengan laki-laki. Perempuan adalah juru rawat sebuah masyarakat. Kita perempuan adalah pusat masyarakat"
---
Tulisan ini saya awali dengan kutipan dari sebuah buku Murtadha Muthahhari yang berjudul Filsafat Perempuan dalam Islam.
---
Dalam pandangan Islam mengenai laki-laki dan perempuan sama-sama manusia, dan memiliki hak yang sama atau sebanding. Namun dalam konteks sosial masyarakat, terdapat budaya patriarki yang sering melemah kan posisi perempuan. Salah satu isu yaitu Ketimpangan gender di Indonesia masih menjadi topik hangat dalam gerakan keperempuanan. Isu tersebut juga di bahas dalam publikasi Badan Pusat Statistik. Mengungkapkan bahwa terdapat 4 indikator secara umum mengenai resiko potensial yang dihadapi perempuan meningkat di era pandemi saat ini. Indikator tersebut dilihat dari tingkat Gender Development Index (GDI), Kesehatan, Produktifitas dan Ekonomi.
Di lingkup ASEAN, posisi pembangunan gender di Indonesia berada di kategori menengah (sedang) dan setara dengan Laos. Dilihat dari indikator kesehatan, resiko kematian akibat penyakit dan terpapar virus korona. Hal ini dapat mempengaruhi pembangunan gender di Indonesia dalam jangka panjang adalah kematian ibu melahirkan yang harus di waspadai. Hal ini dilihat karena statusnya yang lebih buruk di bandingkan negara lain.
Selanjutnya dampak dari pandemi yaitu kembalinya peran perempuan ke sistem tradisional yaitu di tandai dengan peningkatan peran domestik. Peran perempuan menjadi ganda. Bagi perempuan pekerja formal, akan memiliki dampak lebih berat, meskipun work from home (WFH), produktivitas tidak akan optimal. Berdasarkan intensitas kasus kekerasan terhadap perempuan juga di himpun mengalami kenaikan di masa pandemi. Dari segi ekonomi terdapat ancaman resesi dan pemutusan hubungan kerja. Dampak dari Covid-19 dirasakan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Bagi negara yang masih memegang budaya patriarki, dampak pandemi lebih besar terhadap kaum perempuan.
Permasalahan ketimpangan gender di Indonesia merupakan hal yang perlu di sikapi dan di tampung dalam wadah gerakan.
Mengingat perannya Korps HMI-WATI (KOHATI) sebagai organisasi mahasiswi. Adapun peran fungsi sebagai mahasiswi yaitu sebagai agent of change dan agent of social control. KOHATI dapat berperan penting dalam melakukan perubahan di masyarakat. Sesuai dengan wacana gerakan keperempuanan KOHATI pada isu keIslaman, keindonesiaan, keIntelektualan dan keperempuanan. Menanggapi problema isu ketimpangan gender di Indonesia secara cerdas berdasarkan perspektif Islam.
Sebagai bagian integral dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), KOHATI juga memiliki tujuan yaitu "Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita". Momentum Musyawarah Nasional Kohati yang ke XXIV di Surabaya pada bulan Maret ini, adalah langkah evaluasi dan proyeksi untuk merumuskan gerakan KOHATI kedepannya.
Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak teman-teman HMI-WATI untuk dapat bersinergi memperkokoh himpunan kita. Dalam agenda Munas ini, sembari bersilaturahmi kita berdialog mengenai ide dan gagasan untuk perbaikan KOHATI.
Bahagia HMI, Jayalah KOHATI!💚🖤
(Bandar Lampung, 17 Maret 2021)
Comments
Post a Comment