Berbicara mengenai salah satu gagasan di bidang ilmu ekonomi yang di bahas dalam esai Milton Friedman "The Methodology of Positive Economics".
Dalam esai tersebut mengemukakan prinsip Friedman yang terkenal, tetapi terkenal kontroversial (F-twist oleh Samuelson) bahwa asumsi tidak perlu realistis untuk dijadikan hipotesis ilmiah, mereka hanya perlu membuat prediksi yang signifikan.
Esai pertama dikemukakan perbedaan John Nevil Keynes antara Ekonomi positif dan normatif, mengenai "apa yang ada" dan "apa yang seharusnya ada" dalam masalah ekonomi. Esai ini menggunakan epistemologi dalam penelitian Friedman.
(*epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengen teori pengetahuan. Mempelajari hakikat pengetahuan, justifikasi dan rasionalitas)
Sebelum kita melanjutkan pembahasan dalam esai Friedman. Mari kita mengenal dulu tentang definisi ekonomi positif dan ekonomi negatif.
Ekonomi positif merupakan pendekatan dalam ilmu ekonomi yang di dasarkan pada pernyataan atau analisis positif. Ekonomi positif berusaha menjelaskan tentang fakta-fakta dari kegiatan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Fakta fakta ini berhubungan dengan hal yang sudah terjadi atau perkirakan mengenai hal yang akan terjadi. Sebagai contoh : (1) produsen yang bisa mengelola sumberdaya secara efisien dapat memperoleh laba yang lebih besar. (2) pencetakan uang yang terlalu banyak bisa menyebabkan inflasi. (3) PDB atas dasar harga berlaku triwulan II-2021 mencapai Rp4.175,8 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.772,8 triliun.
Sedangkan Ekonomi normatif tidak seperti ekonomi positif yang menekankan analisis data objektif, ekonomi normatif lebih mementingkan pertimbangan etika, moral, dan nilai untuk menentukan "apa yang seharusnya". Pentingnya pertimbangan normatif ini ditujukan agar ilmu ekonomi dapat membawa keberkahan dan penyelamatam bagi masyarakat. Sebagai contoh biasanya mengandung kata kunci "harus", "seharusnya", atau sebaiknya. (1) pemerintah harus menaikan upah minimum tiap tahunnya (2) pemerintah sebaiknya tidak melakukan impor beras di saat panen. Pertimbangan nilai (value judgement), pernyataan ekonomi normatif berusahan untuk memperbaiki cara perekonomian bekerja.
Dikontomi antara fakta dan nilai inilah yang memacu kebingungan dan ketidakjelasan dalam penelitian sosial termasuk ilmu ekonomi sehingga terdapat pembedaan ilmu ekonomi positif yang bertujuan membangun teori dengan dasar fakta adalah value free. Disisi lain ilmu ekonomi normatif mempelajari perilaku sosial yang dipengaruhi nilai-nilai normatif.
Kembali lagi pada bahasan esai Friedman, berpendapat bahwa ilmu ekonomi sebagai ilmu harus bebas dari penilaian normatif agar dapat dihormati sebagai tujuan objektif dan untuk menginformasikan ekonomi normatif (sebagai contoh : menurunkan upah minimum untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Pada kondisi ini mungkin perusahaan mengalami tradee off antara memaksimalkan laba dengan produktifitas tinggi (tenaga kerja banyak) atau mensejahterahkan pekerja dgn upah tinggi pekerja sedikit).
Penilaian normatif sering melibatkan prediksi implisit tentang konsekuensi dari kebijakan yang berbeda. Esai tersebut menunjukan bahwa perbedaan prinsip seperti itu dapat dipersempit oleh kemajuan dalam ekonomi positif.
Esai tersebut berpendapat bahwa teori ekonomi yang berguna tidak boleh dinilai terutama oleh kelengkapan tautologisnya, betapapun pentingnya dalam menyediakan sistem yang konsisten untuk mengklasifikasikan teori secara valid serta memperoleh implikasi dari nya. Sebaliknya sebuah teori (atau hipotesis) harus dinilai dari :
1. Kesederhanaan untuk dapat memprediksikan setidaknya sebanyak teori alternatif, meskipun lebih sedikit informasi.
2. Keberhasilan dalam ketepatan dan cakupan prediksinya dan kemampuan untuk menghasilkan jalur penelitian tambahan.
Dalam bagian terkenal dan kontroversial ini, Friedman menulis bahwa:
"Hipotesis yang benar-benar penting dan signifikan akan di temukan memiliki "asumsi" yang merupakan representasi deskriptif realitas yang sangat tidak akurat dan secara umum semakin signifikan teorinya semakin tidak realistis asumsi tersebut."
Dari pernyataan itu Friedman menolak pengujian teori dengan realisme asumsinya. Kesederhanaan dan keberhasilan cenderung ke arah asumsi seperti maksimalisasi utilitas, keuntungan dan tipe ideal tidak hanya untuk menggambarkan (yang mungkin tidak penting) tetapi untuk memprediksikan perilaku ekonomi dan untuk menyediakan mesin analisis.
Pada maksimalisasi keuntungan, misalnya perusahaan diposisikan untuk mendorong setiap tindakan ke titik menyamakan pendapatan marginal yang relevan dan biaya marginal. Namun, jawaban pengusaha atas pernyataan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan mereka mungkin tidak menunjukan perhitungan sepertu itu. Namun jika perusahaan bertindak seolah-olah memcoba memaksimalkan keuntungan, itu adalah tes yang relevan dari hipotesis terkait.
Comments
Post a Comment