Materi Agenda Setting ini disusun dalam rangka presentasi mata kuliah "Analisis Kebijakan Pembangunan Daerah". Pemaparan materi diawali dengan mengenal agenda setting, proses, aktor kebijakan dan tahapan kebijakan publik.
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakan publik. Karena dalam proses inilah ruang
untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah public dan prioritas dalam
agenda publik. Proses agenda setting dapat
dipahami sebagai suatu pengumpulan dimana beberapa isu (baik masalah maupun
alternatif solusi) mendapatkan perhatian aktor
kebijakan untuk diambil
sebagai pilihan pemerintah dalam menyelesaikan
masalah. Kegiatan menjadikan masalah public (public problems) menjadi masalah kebijakan (policy problems) sering disebut dengan penyusunan (agenda setting).
Penyusunan
agenda pemerintah (agenda setting) dimulai dari kegiatan fungsional, meliputi
presepsi, definisi, agregasi, organisasi dan representasi yang bermuara pada
terusungnya suatu masalah public atau suatu isu public menjadi suatu masalah
yang oleh pemerintah (pembuat kebijakan) dianggap penting untuk dicari jalan
keluarnya melalui kebijakan publik (Meutia, 2017). Produk rill dari proses
penyusunan agenda pemerintah adalah terakomodasinya
kepentingan publik (masalah publik) menjadi opini publik, kemudian menjadi
tuntutan publik, untuk selanjutnya menjadi masalah prioritas yang akan
dicarikan penyelesaiannyaa
Agenda Pemerintah
Agenda pemerintah disusun atas problema-problema yang
sangat membutuhkan keaktifan dan keseriusan pembuat keputusan untuk
mempertimbangkannya. Agenda pemerintah ini mempunyai sifat yang khas, lebih
konkrit dan terbatas jumlahnya. Sebagai contoh dibidang ekonomi, dasar
pertimbangannya dan cara-cara untuk memberantas tengkulak-ijon. Sementara
agenda sistemik lebih abstrak dan umum serta kurang menunjukan alternatif
cara-cara pemecahannya. Misalnya tentang mengakhiri atau menghapuskan
diskriminasi (Meutia, 2017). Untuk dapat menjadi agenda kebijakan terdapat
beberapa kriteria isu penting yaitu
isu tersebut sangat
serius jika tidak di tangani akan menimbulkan krisis baru, isu
tersebut berdampak luas, dan bersifat publik menyangkut banyak orang.
Dalam analisis pakar politik, terdapat pendapat bahwa
peraturan agenda dapat dilihat terdiri dari tiga aktivitas independen (masalah, proposal
dan politik) yang terkadang bertemu, membuka jendela
kebijakan dan memungkinkan beberapa hal untuk mencapai agenda pemerintah. Alur
masalah terdiri dari hal-hal yang ingin dilakukan oleh para pelaku kebijakan,
baik di dalam maupun diluar pemerintahan. Agenda pemerintah menurut Jones,
dibedakan menjadi :
1.
Definisi agenda masalah, yaitu
hal-hal (masalah) yang memperoleh penelitian dan perumusan secara aktif dan
serius dari pembuat keputusan.
2.
Proposal agenda, yaitu hal-hal
(masalah) yang telah mencapai tingkat diusulkan, dimana telah terjasi perubahan
fase merumuskan masalah menjadi fase pemecahan masalah.
3.
Bargaining
agenda, yaitu usulan-usulan kebijaksanaan tadi ditawarkan untuk memperoleh
dukungan secara aktif dan serius.
4.
Agenda berkelanjutan, yaitu hal-hal
yang didiskusikan dan dinilai secara terus-menerus.
Menurut
Cobb dan Elder bahwa agenda kebijaksanaan itu dapat berisi hal-hal lama dan
baru, tetapi bagi pembuat kebijaksanaan dinegara dengan paham demokrasi dan
berorientasi pada terbentuknya negara kesejahteraan yang pasti dituntut untuk
memiliki kepekaan terhadap masalah masyarakat. Serta mempunyai kewajiban
menangani permasalahan tersebut secara tuntas.
Aktor Kebijakan
Adapun aktor kebijakan sedikitnya ada 4 golongan atau tipe
aktor yang terlibat yakni golong rasionalis, golongan teknisi, inkrementalis (politisi) dan golongan reformis (pembaharu). Sementara
peran aktor kebijakan yaitu legislatif, eksekutif, yudikatif, instansi
administrasi, lembaga peradilan. Partisipasi non- pemerintah dalam pembuat
kebijakan diantaranya kelompok kepentingan, warga negara (individu) dan partai politik.
Proses Agenda Setting
Identifikasi masalah menjadi aktifitas yang perlu di kaji
dan membutuhkan kebijakan pemerintah. Partisipasi dalam identifikasi masalah
yaitu media massa, inisiatif masyarakat, dan opini publik. Kemudian hasil
identifikasi masalah tersebut pembuat kebijakan memutuskan isu yang hendak
dibuatkan kebijakan serta masalah apa yang akan diselesaikan oleh pemerintah.
Agenda institusi menjadi formulasi dan implementasi dari solusi kebijakan atas masalah yang ada.
Proses pembuatan kebijakan adalah serangkaian aktivitas
intelektual yang dilakukan di dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat
politis. Aktivitas politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan
kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung
yang diatur menurut urutan waktu, penyusunan agenda, formulasi kebijakan,
adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan. Analisis
kebijakan dilakukan untuk menciptakan, secara kritis menilai dan
mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan dalam satu atau
lebih tahap proses pembuatan
kebijakan. Tahapan tersebut berlangsung sepanjang waktu, dimana setiap tahapan
berhubungan satu sama lain, tahap terakhir (penilaian/evaluasi kebijakan)
berhubungan dengan tahap tengah (proses kebijakan), dan berkaitan dengan tahapan pertama (perumusan
kebijakan/penyusunan agenda).
Perumusan usulan kebijakan (perumusan) kebijakan merupakan
turunan masalah yang diagendakan dalam agenda kebijakan. Perumusan masalah
mempunyai tujuan untuk mengembangkan rencana, metode, resep yang dalam hal ini
berupaya untuk meringankan suatu masalah, kebutuhanm serta suatu tindakan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan punlik. Perumusan kebijakan tidak selalu
menghasilkan peraturan yang akan diusulkan, perintah eksekutif atau aturan
administrasi.
Pembuat kebijakan dapat memutuskan tidak akan mengambil
tindakan positif pada beberapa permasalahan, tetapi malahan membiarkannya untuk
menyelesaikan sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Thomas R Dye bahwa
kebijakan public adalah “apapun yang dipilih pemerintah untuk melakukan sesuatu
atau tidak”. Perumusan kebijakan merupakan salah satu tahap proses pembuatan
dan pelaksanaan suatu kebijakan publik (Meutia, 2017).Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan berdasarkan Dunn (2003) yaitu terdapat fase penyusunan agenda,
formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.
Perumusan
masalah dapat menjadi gambaran kondisi masyarakat yang kemudian menbuat
asumsi-asumsi yang mendasari dari kebijakan, sehingga memasuki proses pembuatan
kebijakan melalui penyusunan agenda (agenda setting). Rekomendasi saran
kebijakan membantu mengestimasi tingkat resiko
dan ketidakpastian dan akibat ganda, menentukan kriteria dalam pembuatan
pilihan, dan menentukan pertanggungjawaban administrative bagi implementasi
kebijakan. Kemudian tahapan monitoring kebijakan, ini dapat membantu pengambil
kebijakan melihat proses implementasi kebijakan.
Model-Model Formulasi Kebijakan Publik
Menurut Thomas R Dye
setidaknya terdapat 9 model kebijakan. Model-model
formulasi kebijakan publik yaitu model kelembagaan, model proses, model
kelompok, model elit, model teori rasional, model incremental, model teori
permainan, model pilihan public, dan model sistem David Easton.
1. Model Kelembagaan
Bahwa tugas membuat
kebijakan adalah tugas pemerintah (lembaga legislatif). Dengan 3 alasan 1)
pemerintah memang lembaga yang sah dalam membuat kebijakan, 2) fungsi
pemerintah universal, 3) pemerintah punya hak monopoli fungsi pemaksaan.
Kelemahan pendekatan ini adalah terabaikannya masalah lingkungan tempat diterapkannya
karena pembuat kebijakan tidak berinteraksi dengan lingkungan.
2. Model Proses
Proses terdiri dari
identifikasi masalah, menata agenda formulasi kebijakan, perumusan proposal
kebijakan, legitimasi kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan.
3. Model Kelompok
Model ini mengandaikan
kebijakan sebagai titik kesimbangan. Beberapa kelompok kepentingan berusaha
mempengaruhi isi dan bentuk kebijakan.
4. Model Elit
Membagi masyarakat
dengan dua kelompok pemegang kekuasaan (elit) dan yang tidak memegang kekuasaan.
Model ini menjelaskan kebijakan yang muncul bias dari kepentingan kelompok elit
dimana mereka ingin mempertahankan status quo.
5. Model Teori Rasional
Pengambilan keputusan
berdasarkan perhitungan rasional. Dengan mempertimbangkan sesuatu yang bermanfaat
bagi masyarakat.
6. Model Inkremental
Berusaha mempertahankan
komitmen kebijakan di masa lalu untuk mempertahankan kinerja yang telah di
capai.
7. Model Teori Permainan
Formulasi kebijakan
berada pada situasi kompetisi yang insentif. Kunci pemegang kebijakan dalam
model ini adalah tergantung kebijakan mana yang tahan dari serangan lawan bukan
yang paling optimum.
8. Model Pilihan Publik
Model ini melihat
kebijakan sebagai sebuah proses formulasi keputusan kolektif dari individu yang
berkepentingan atas keputusan tersebut. Model ini paling demokratis dan
memberikan ruang bagi public.
9. Model Sistem David Easton
Model ini dapat dilihat
input-proses-output. Model sistem berfokus hanya pada hal yang dilakukan
pemerintah namun lupa tentang hal yang tidak dilakukan pemerintah.
Comments
Post a Comment