Sektor pertanian
memberikan sumbangan cukup besar dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi
kemiskinan, menyediakan lapangan kerja dan menyeimbangkan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup.
Pangan adalah
segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya
yang digunalan dalam penyiapan, pengolahan, dan/ atau pembuatan makanan atau
minuman. Pangan Pokok Tertentu adalah Pangan Pokok yang diproduksi dan
dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang apabila ketersediaan
dan harganya terganggu dapat memengaruhi stabilitas ekonomi dan menimbulkan
gejolak sosial di masyarakat.
Cadangan Pangan
Pemerintah (CPP) diatur dalam PERPRES No 125 tahun 2022 tentang penyelenggaraan
cadangan pangan pemerintah. Adapun jenis pokok CPP meliputi beras, jagung,
kedelai, bawang, cabai, daging unggas, telur unggas, daging ruminansia, gula
konsumsi, minyak goreng dan ikan.
Penyaluran CPP
sebagai upaya antisipasi dan mitigasi untuk menjaga stabilitas pangan. Penyelenggaraan
CPP, pemerintah menugaskan Perum BULOG untuk CPP tahap pertama meliputi beras,
jagung dan kedelai.
Untuk
stabilisasi gabah dan jagung, maka dibangun CDC dan silo untuk menjaga pasokan.
Pada tulisan ini, akan membahas Kajian Penyimpanan Komoditas Gabah dan Jagung
pada Silo (Susut Simpan/Handling, Stok/Volume, dan Perawatan). Pembahasan ini
mengambil referensi dari beberapa jurnal untuk memberikan gambaran tentang tema
kajian pada tulisan ini.
Komoditas Gabah/Padi
Gabah merupakan
komoditas bijian curah (bulk grain) yang mempunyai sifat akan kembali menyerap
atau mengeluarkan uap air karena pengaruh udara di sekitarnya. Dalam
penyimpanan, kadar air akhir gabah tergantung pada suhu dan kelembaban relatif
dari udara di sekitar. Gabah akan terus menyerap ataupun mengeluarkan uap air
hingga mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kadar air akhir ini dalam
penyimpanan disebut “kadar air setimbang” atau EMC (Equilibrium Moisture
Content). Menurut Hung, et al, (2008) perbedaan suhu antara massa biji-bijian
dan udara sekitar menyebabkan perpindahan kelembaban biji-bijian dari suhu
tinggi ke zona suhu rendah oleh konveksi alami.
Sawant, et al.,
(2012) melaporkan pada penyimpanan gandum dalam silo dengan perbedaan
kelembaban udara lebih rendah 16.1 % dari udara sekitar, kadar air meningkat
dari 11.2 % menjadi 17.19 % setelah 8 bulan penyimpanan. Kondisi tersebut
menurunkan daya kecambah dari 86.7 % menjadi 78.6 %.
Sedangkan Jian,
et al,. (2009), mengemukakan ada fluktuasi temperatur yang lebih besar dalam
headspace/ruang dalam silo diatas permukaan bijian daripada di dalam massa
butiran dan ada perpindahan kelembaban di dalam silo. Di mana kelembaban dalam
massa butiran berubah kurang daripada permukaan massa butiran. Dari penjelasan
tersebut maka sangat besar manfaatnya untuk dilakukan aerasi pada penyimpanan
gabah dalam silo dengan udara dingin dan analisis sistem pada proses aerasi
terutama untuk melihat keseragamn suhu udara didalam silo.
Komoditas Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk dalam famili
rumput-rumputan (Gramineae). Jagung merupakan tanaman penting kedua setelah
padi yang juga merupakan makanan pokok beberapa daerah di Indonesia. Pengembangan
jagung di tingkat petani agar petani dapat meningkatkan pendapatannya, masih
diperlukan pendampingan dalam penguatan kelompok/kelembagaan petani dan
sosialisasi inovasi teknologi serta penyediaan fasilitas dari pemerintah
terutama benih bermutu, kredit usahatani dan pengadaan silo-silo dalam skala
luas di pedesaan untuk menampung produksi jagung terutama pada saat panen raya.
Salah satu
kelemahan teknologi pascapanen jagung adalah masalah penyimpanan. Umumnya
jagung akan mengalami kerusakan yang serius bila dilakukan penyimpanan secara
tradisional dalam jangka waktu yang lama. Penyimpanan secara curah dengan
aerasi merupakan salah satu teknologi alternatif yang dapat diaplikasikan untuk
menjaga kualitas hasil-hasil pertanian selama dalam penyimpanan. Namun
demikian, prosedur perancangan dan operasional sistem penyimpanan beraerasi ini
masih belum berkembang. Penelitian Bintoro (2008) dapat disimpulkan beberapa
hal penting sebagai berikut : hanya metode aerasi udara dingin yang mampu
menciptakan kondisi temperatur dan kelembaban ruang simpan yang memenuhi syarat
untuk penyimpanan jagung dengan kadar air 13% w.b. Untuk menciptakan kondisi
udara ruang simpan tersebut, aerasi udara dingin tidak perlu dilakukan
terus-menerus sepanjang hari selama penyimpanan, aerasi cukup dioperasikan
selama 5 jam/hari dengan konsumsi daya 0,519 kWh/hari/ton. Kualitas biji jagung
hasil penyimpanan seperti kadar air, prosentase kehilangan berat karena
infestasi serangga dan jamur, prosentase perkecambahan, maupun cemaran aflatoksin
pada jagung dengan aerasi udara dingin menunjukkan hasil yang lebih baik
daripada aerasi dengan absorben bentonit dan penyimpanan dalam gudang.
Perancangan, konstruksi, serta operasional peralatan aerasi udara dingin ini
mudah dibuat, murah, dan bahan-bahan tersedia di pasaran.
Dalam upaya
meningkatkan produksi jagung nasional dan mengurangi impor 1 juta ton pertahun
dilaksanakan program penanganan pasca panen dan pemasaran jagung untuk
mewujudkan usaha agroindustrijagung di perdesaan. Pengembangan silo jagung
merupakan salah satu upaya untuk mendukung program peningkatan produksi jagung
di atas. Program ini diharapkan dapat dijadikan terobosan dalam peningkatan
mutu, menjaga kelangsungan pasokan kebutuhan jagung nasional, peningkatan nilai
tambah dan daya saing . Selain itu, program ini juga diharapkan dapat memacu
pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan
pendapatan sekaligus kesejahteraan petani di suatu daerah.
Comments
Post a Comment